Thursday, August 25, 2011

Hukum Berkat

Untuk menerima jatah berkat-Nya, berlaku ‘Hukum Berkat’. Yoas harus menghadapi bangsa Aram, maka ia datang pada Elisa untuk minta petunjuk. Singkat cerita, Elisa memberi tahu Yoas: "Ambillah anak-anak panah itu!" Elisa berkata: "Pukulkanlah itu ke tanah!" Lalu Yoas memukulkannya tiga kali, kemudian ia berhenti. Yoas melakukannya, tapi dia tidak bertanya berapa kali panah itu harus dipukulkan ke tanah. Lalu, Elisa menjadi gusar & berkata: "Seharusnya engkau memukul lima atau enam kali! Dengan berbuat demikian engkau akan memukul Aram sampai habis lenyap”. Elisa menjelaskan apa yang seharusnya Yoas lakukan untuk mendapatkan jatahnya secara sempurna. Inilah bagian dimana respon kita diperhitungkan oleh Tuhan.
Yang dihitung bukanlah kebenaran kita sendiri. Tetapi apakah respon kita ini sejalan dengan hati-Nya, itulah yang Tuhan perhitungkan. Saat Tuhan terangkat ke Surga, Dia sudah memberkati kita. Tuhan sudah lakukan bagian-Nya, maka kita harus juga melakukan bagian kita dengan cara meresponi melalui iman & hati yang seirama dengan hati-Nya .

Melalui kematian & kebangkitan-Nya, kita tahu kerinduan hati Tuhan adalah melihat jiwa-jiwa diselamatkan. Jika berkat yang Tuhan berikan, dipakai supaya jiwa-jiwa diselamatkan, sesuai dengan kerinduan hati-Nya. Pastilah Tuhan memberkati kita, sebab itu adalah kerinduan-Nya yang paling dalam atas hidup kita, memberkati kita dengan sempurna.

Pengampunan

“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."


Ada 3 alasan mengapa kita harus mengampuni:

1. Yang membutuhkan pengampunan adalah saya & saudara. Sering kita sukar mengampuni orang lain, karena kita “LUPA” betapa besar dosa & kesalahan kita yg sudah diampuni oleh Tuhan.

2. Pengampunan dapat menanggalkan beban, seperti sakit hati, kebencian,kesedihan. Tuhan tidak mengingat dosa & kesalahan yg telah diampuni-Nya. Jadi mari mengampuni orang lain, seperti Tuhan telah mengampuni dosa kita yg jauh lebih besar. Tanggalkan beban dengan mengampuni orang lain, maka kita bisa menjalankan perintah Tuhan utk berlomba mencapai tujuan.

3. Pengampunan adalah syarat untuk menerima mujizat & jawaban doa. Tujuan orang lumpuh & temannya datang ke Tuhan, untuk menerima kesembuhan bukan pengampunan. Tetapi mengapa Dia berkata “Dosamu sudah di ampuni”? Ternyata dosa yg diampuni adalah langkah awal yg harus dipenuhi dari proses penyembuhannya. Untuk bisa menerima kesembuhan dosanya harus diampuni terlebih dahulu.

Untuk mendapatkan apa yg kita minta & doakan, haruslah dosa kita diampuni terlebih dahulu, untuk itu haruslah kita mengampuni orang lain. Mau mendapat jawaban doa?

Marilah kita saling mengampuni!

Perjumpaan Dengan Tuhan

Mari kita renungkan, apa sebenarnya maksud Tuhan menjumpai kita?
1. Memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada kita . Thomas yang tadinya tidak percaya, berubah. Waktu kita sedang menikmati hadirat Tuhan,saat itulah kita sedang berjumpa dengan-Nya. Saat Tuhan hadir Ia pasti akan memberikan sesuatu yang kita perlukan. Kuncinya, tetap percaya meski tidak melihat langsung. “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya"

2. Tuhan ingin kita kembali kepada tujuan semula, sesuai kehendak-Nya. Waktu Pertus tidak memiliki pengharapan. Petrus & murid yang lain kembali ke pekerjaan semula. Karena itu ketika Tuhan menjumpai Petrus,pengharapan yang selama ini hilang kembali ia dapatkan, Tuhan menjawab apa yang dibutuhkannya.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Mari terlibat memperluas Kerajaan Tuhan dan alami: pemeliharan, perlindungan & penyediaan-Nya yang sempurna.

Friday, August 5, 2011

Terobosan

“Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita, sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini.”

Ishak adalah model orang yang mengalami terobosan. Kita pernah mendengar kisah Ishak yang menjadi kaya, makin lama makin kaya dan menjadi sangat kaya secara materi. Beberapa hal yang Ishak lakukan:

1. Hidup Intim dengan Tuhan. Pada saat kelaparan sedang mengguncang negeri itu, Tuhan menampakkan diri kepada Ishak. Mengapa Tuhan bisa menampakkan diri kepadanya? Jawabannya hanya satu, yaitu karena Ishak intim dengan Tuhan.

2. Tidak Memakai Sistem Dunia. Tuhan mulai berbicara kepada Ishak, “Ishak, kamu jangan pergi ke Mesir!” Mesir berbicara tentang sistem dunia. Kepada kita Tuhan berkata, “Jangan pakai cara-cara dunia!” Tuhan mau mempromosikan Saudara dan mau memultiplikasikan seluruh aspek kehidupan kita, tetapi jangan memakai cara-cara dunia!

3. Tidak Terikat oleh Harta Duniawi. Tuhan berkata kepada Ishak, “Kamu pergi ke suatu tempat yang akan Aku tentukan kepadamu dan kamu tinggal sebagai orang asing”. Di dunia ini kita adalah orang asing, kita adalah pengembara dan kita tidak boleh terikat dengan barang-barang dari dunia ini.

4. Menabur. Pada tahun itu juga, yaitu pada masa kelaparan Ishak menabur! Ini bukan suatu hal yang biasa. Sebab untuk mencari benih saja sudah sulit. Mungkin pada waktu itu persediaan benih tidak jadi ditabur, melainkan dimakan karena waktu itu sedang terjadi kelaparan. Tetapi bagi Ishak benih itu justru ditabur.

“Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”

Tuhan sudah siap memberikan terobosan dalam hidup kita, apakah kita mau melakukan bagian kita?

Menjadi Terang

“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu sudah datang dan kemuliaan Tuhan sudah terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu!”

Orang-orang Lewi diberi tugas untuk mengurus Bait di mana pelita yang diletakkan di dalam ruang suci harus dijaga agar apinya tetap menyala. Yang mereka lakukan ialah:

a. Memeriksa persediaan minyak setiap hari,apabila minyaknya kurang,maka akan orang Lewi tambahkan. Demikian juga kita, harus mengecek apakah minyak pelita kita ini cukup atau tidak. Mari kita segera mengoreksi diri.

b. Memotong sumbu yang hangus. Nyala api pelita juga ditentukan oleh kondisi sumbunya. Jadi jika sumbunya mulai hitam maka segera dipotong supaya nyala apinya tetap bagus. Demikian pula dengan kita, kalau sumbu kita mulai “hitam” maka akan dipotong. Biarkan Tuhan yang memotongnya. Mari ijinkan Tuhan untuk terus membersihkan hidup kita ini.

Kalau sumbunya mulai “hitam” karena sombong, biarlah dipotong Tuhan supaya menjadi rendah hati. Sebab Tuhan membenci orang yang sombong tetapi mengasihani orang yang rendah hati

Kalau sumbunya mulai “hitam” karena kita memakai pikiran dan kehendak sendiri, perlu dipotong supaya dalam melakukan segala sesuatu dasarnya adalah firman dan kehendak Tuhan yang sempurna.

“Kamu adalah terang dunia!”  Artinya, kita diumpamakan seperti kota di atas gunung yang tidak tersembunyi sehingga semua orang bisa melihatnya. Kita seperti pelita yang ditaruh di atas kaki dian bukan disembunyikan di bawah gantang, artinya agar semua orang bisa melihatnya.

Mari kita bangkit dan menjadi terang!

Dibangkitkan

Kita harus tahu, apa yang pernah mati dan kemudian dibangkitkan kembali; baik itu impian, visi, atau apapun namanya. Apapun yang pernah mati, ketika itu dibangkitkan kembali, kita harus mengerti bahwa kita tidak pernah bisa memilikinya lagi untuk diri kita sendiri. Suka tidak suka kita harus menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
Ketika kita mempelajari, pola itu selalu terus berulang. Lihat, ketika para nelayan gagal menangkap ikan semalam-malaman seperti yang mereka harapkan, tiba-tiba Tuhan melakukan mujizat. Apa yang pernah mati, perjuangan semalaman yang gagal, impian yang telah mati, tiba-tiba ketika TUHAN datang, segalanya berubah.

Seorang wanita bernama Hana, isteri Elkana, dia mandul. Memang dia dikasihi suaminya, tetapi kasih suaminya itu tidak pernah membuang aib dari dirinya. Bertahun-tahun dia datang ke rumah Tuhan untuk berdoa. Suatu hari kepedihan hatinya tidak tertahan lagi, dia mencurahkan isi hatinya di hadapan Tuhan. Dulu saat Hana menikah, impiannya dapat memberikan banyak anak pada suaminya, tapi setelah bertahun-tahun dia bahkan tidak melahirkan seorang anakpun. Ditengah-tengah kondisi seperti itulah Hana mengerti, kalau yang pernah jadi impiannya dibiarkan mati, satu hari ketika impiannya dibangkitkan, ia tahu bahwa dia tidak pernah memilikinya lagi. Akhirnya, Hana hamil, dan melahirkan anak yang diberi nama Samuel, dan akhirnya menjadi nabi yang dipakai bagi Tuhan.

Sungguh ajaib! Ketika diserahkan pada Tuhan, kandungan Hana tetap terbuka sehingga dia masih bisa melahirkan beberapa anak lagi.

Untuk apapun yang pernah mati dalam hidup kita, apakah kita berani berkata: suatu hari kalau Tuhan bangkitkan, itu bukan lagi jadi milikku tapi milikMu.

Friday, April 29, 2011

Turning Point

Pernahkah kita mengalami peristiwa yang menghancurkan hidup kita dan suatu waktu kita harus kembali lagi ke tempat tersebut? Banyak orang akan mengalami trauma yang besar saat harus kembali pada tempat yang pernah menghancurkan hidupnya. Umumnya, orang akan selalu mencoba untuk menghindar dari sesuatu yang dulu pernah menghancurkan hidupnya.
Tetapi sebagai orang-orang yang sudah mengalami kemerdekaan dari TUHAN, maka kita tidak perlu lagi merasa takut akan masa lalu atau apapun yang pernah menghancurkan hidup kita ini. Asal kita sungguh-sungguh bertobat dan menerima kekuatan baru yang dari TUHAN, kita tidak perlu merasa takut pada tempat ataupun peristiwa yang seakan bagai mimpi buruk seumur hidup ini.

Saat murid-Nya bertanya: Bukankah itu tempat yang berbahaya dan orang-orang ini pernah mau mencelakai kita? Jadi janganlah kita kembali ke tempat itu, lebih baik kita menghindar dari tempat itu. Namun TUHAN menjawab: Hidup kita yang dulu hancur karena berjalan dalam kegelapan, tetapi hari ini marilah kita berjalan dalam terang. Yang terpenting bukanlah betapa buruknya masa lalu kita, tapi apakah hidup kita sekarang ini dikuasai oleh terang atau kegelapan. Peristiwa dimana kita pernah jatuh janganlah menjadi tempat yang traumatik, tapi justru tempat awal pemulihan baru dalam hidup kita.

Saat Simon Petrus dalam keadaan hancur karena telah menyangkal TUHAN 3 kali, maka di tepi danau Galilea, Dia bertanya kepada Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?”

“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya…” TUHAN sanggup memulihkan hidup Petrus, Dia juga sanggup memulihkan hidup kita!

Murid Yesus

“Tuhan telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.”

Untuk menjadi seorang murid, marilah kita mengalami hal-hal sebagai berikut:

1. Telinga yang dipertajam setiap pagi untuk mendengar suara Tuhan. Kita bisa mendengar suara Tuhan dengan benar dan tepat, saat kita intim dengan Tuhan. Bagaimana bisa intim dengan Tuhan? Mari kita bergairah dengan Tuhan. Bagaimana bisa bergairah dengan Tuhan? Mari kita kembali pada kasih yang mula-mula.

2. Lidah yang membangkitkan semangat orang yang letih lesu. Pada waktu kita memperkatakan sesuatu, itu akan memberikan semangat baru kepada orang yang letih lesu. Janganlah pada saat kita berbicara, orang yang tadinya mempunyai semangat justru menjadi letih lesu. Tetapi biarlah ketika kita berbicara membuat orang lain mempunyai semangat yang baru.

3. Hati yang dipenuhi kasih mula-mula. “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan…”

Ketika mengalami tekanan, goncangan, dan kesukaran, marilah kita mengerti bahwa Tuhan menginginkan kita berubah. Jangan pernah menyalahkan orang lain tapi mari kita bertobat, maka kasih yang mula-mula itu pasti kembali.

Thursday, April 28, 2011

Menjadi Pemenang

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia…”

Tiga jurus pencobaan yang Iblis sedang berikan kepada kita dengan menanamkan konsep yang salah bahwa:

1. Manusia hidup hanya dari roti saja. Dunia sedang meyakinkan manusia bahwa yang paling penting adalah “mencari roti” yaitu semua yang jasmani, sedangkan yang lain adalah nomor dua. Mari kita berhati-hati, jangan sampai kita tertipu.

2. Apapun permintaan anak Tuhan pasti dikabulkan oleh Tuhan.  “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Iblis suka berkata: “kamu kan berdoa... sudah lakukan apa saja, nanti kamu pasti ditolong Tuhan.” Mari kita berhati-hati, dan hanya melakukan apa yang merupakan tuntunan Tuhan saja. Jangan sampai kita mencobai Tuhan.

3. Menyembah Iblis akan menjadi kaya. Pada waktu diperlihatan kerajaan dunia dengan segala kemegahannya, lalu Iblis berkata, “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Tetapi kita harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

Pemenang adalah bila hidup kita sungguh menempatkan Tuhan di prioritas tertinggi, berjalan menurut segala tuntunan-Nya dan memutuskan tetap menyembah Nya walau apapun pilihan dan resikonya. Maka janjiNya pada kita: damai sejahtera seperti sungai yang tidak pernah kering, kebahagiaan yang terus berlimpah seperti gelombang laut yang tidak pernah berhenti & keluarga yang diberkati Tuhan.

Apakah kita seorang pemenang?

Keselamatan

Keselamatan adalah karya penebusan yang dilakukan Tuhan melalui kematian dan kebangkitanNya. Kalau sungguh kita percaya, marilah kita:

1. Bertobat, pertobatan tidaklah sama dengan penyesalan. Orang yang bertobat akan membenci dosa dan berpaling kepada Tuhan, serta berjalan menuju kehidupan.

2. Menerima Tuhan sebagai Juru Selamat, “Aku berdiri di depan pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya.” 

3. Dilahirkan kembali, “ Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” . Kita adalah orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki melainkan dari Allah.

4. Pengakuan, karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. 

5. Dibaptis dalam air, siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya.

Sudahkah kita menerima anugerah keselamatan dalam Tuhan?

Thursday, March 24, 2011

The Joy of Sacrifice

“Sesudah itu engkau akan sampai ke Gibea TUHAN, tempat kedudukan pasukan orang Filistin. Dan apabila engkau masuk kota, engkau akan berjumpa di sana dengan serombongan nabi, yang turun dari bukit pengorbanan dengan gambus, rebana, suling dan kecapi di depan mereka; mereka sendiri akan kepenuhan seperti nabi. Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain. Apabila tanda-tanda ini terjadi kepadamu, lakukanlah apa saja yang didapat oleh tanganmu, sebab TUHAN menyertai engkau.”

Kalau orang naik ke bukit pengorbanan pastilah melakukan sebuah pengorbanan. Saat serombongan nabi turun sehabis berkorban, mereka bersukacita diiringi dengan alat-alat musik. Mereka bukan turun dengan sebuah kemurungan, tetapi dengan sukacita yang besar. Serombongan nabi ini mengerti apa yang namanya the joy of sacrifice (sukacita dalam memberi). Mereka itu kepenuhan seperti nabi. Selanjutnya Saul berubah menjadi manusia lain, saat dia bertemu dengan serombongan nabi yang baru selesai berkorban. Serombongan nabi itu bersukacita karena pengorbanan mereka,sehingga mereka dipenuhi Roh. Itulah yang memberi dampak dan membuat Saul juga kepenuhan Roh serta menjadi manusia lain.

“Kenapa kita tidak dapat bersukacita saat memberi?”
Alasannya oleh karena: belum merasakan cinta atau kasih yang sesungguhnya. Saat kita benar-benar jatuh cinta, barulah berkorban itu merupakan suatu kebahagian.
Bukankah kita merasa bahagia sekali kalau bisa memberi orang yang kita cintai? Tapi saat cinta kita luntur, maka kita mulai melakukan banyak perhitungan.

The joy of sacrifice,kalau kita mengerti betapa Tuhan telah mengasihi kita terlebih dahulu. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Dia telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

Seharusnya kasih yang kita terima ini akan terus kita bawa bergerak, sehingga dimanapun kita berada, maka disanapun kehidupan akan terpancar keluar. Sebagai orang percaya, saat kita dipenuhi Roh maka kita bisa menjadi dampak pada orang-orang di sekitar.

Sudahkah kita bersukacita saat memberi karena kita mencintai Tuhan?

Mengundurkan Diri

Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.

Orang yang mengundurkan diri adalah orang yang pernah maju atau masuk dalam lingkungan tertentu, namun setelah melihat sitiuasi yang membuatnya tidak tahan, ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Di dalam Tuhan bukan kondisinya yang salah, ketika kita masuk dalam panggilan dan kehendak-Nya. Tetapi lebih pada keadaan stamina rohani kita yang kurang memadai. Kita berpikir semuanya akan mudah dan singkat, tetapi setelah kondisi terasa berat, kita memilih untuk mundur.

Yang perlu kita ingat dan selalu harus dicamkan kuat di pikiran dan hati kita:

1)Kita ini seperti berlari marathon dan bukan sprint, dimana kita perlu daya tahan dan bukan hanya kecepatan. Juga perlu kesabaran dan bukan hanya tenaga. Perlu ketekunan dan kesabaran dan bukan tergesa-gesa untuk cepat sampai tujuan. Karena itu kita harus terus membangun dan melatih manusia roh kita, setiap saat.

2)Bersiap untuk yang terburuk tapi berharap yang terbaik. Pada saat Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak, ia mempunyai sikap seperti itu. Di benaknya, dia siap Ishak sungguh-sungguh dipersembahkan dan mati. Namun imannya juga sangat percaya bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Tuhan yang penuh Kasih, Tuhan yang sudah menyediakan anak domba untuk korban bakaran. Tetapi sekalipun Ishak memang harus dipersembahkan, Abraham tetap percaya bahwa Ia adalah Tuhan yang penuh Kuasa, yang mampu untuk membangkitkan Ishak kembali.

Abraham, Bapa orang Percaya, melewati banyak rintangan, tetap setia menantikan janji Tuhan, serta tidak mengundurkan diri saat dicobai bahkan rela menyerahkan apa “Yang Paling Berharga” pada Tuhan. Maka janji Tuhan: “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku”

Jangan mengundurkan diri, yang terbaik sudah Tuhan siapkan!

Wednesday, March 23, 2011

Damai, Bahagia dan Diberkati

 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku."

Memulai Tahun ini, TUHAN berkata, "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka akan ada: Damai Sejahtera, Kebahagiaan dan keluarga yang Diberkati. Tapi TUHAN rindu kita anak-anak Nya punya sikap:

1) Tidak kuartir akan hidup kita, karena janjiNya "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Tuhan mau kita tidak kuatir akan apa yang kita makan, minum, dan pakai. Semua itu dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (bangsa-bangsa penyembah berhala). Tetapi Bapa kita yang di sorga tahu bahwa kita memerlukan semuanya itu. Jadi marilah kita mulai dengan mencari dulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semua yang kita butuhkan, yaitu makan, minum dan apa yang akan dipakai, akan ditambahkan kepada kita.

2) Mengandalkan HANYA kepada TUHAN. "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."

Untuk menggenapkan janjiNya atas Damai Sejahtera, Kebahagiaan dan keluarga yang Diberkati, apakah kita sudah tidak kuatir dan tetap mengandalkan HANYA kepada TUHAN?

Berkat Kehidupan

Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya

Saat ini Tuhan sudah memerintahkan berkat dan kehidupan bagi kita yang mau:

1) Diam rukun bersama sebagai satu unity. Posisi kita memang berbeda-beda, baik sebagai: istri, suami, anak, bapa, hamba dan tuan. Namun mari kita belajar saling menerima perbedaan yang ada dan tetap mempunyai hati hamba. Seperti Tuhan yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,tapi mengosongkan diri-Nya, dan mengambil rupa seorang hamba.

2) Seperti embun, berasal dari air yg berubah krn suhu/temp. Saat panas, air berubah jadi uap, saat dingin berubah jadi embun. Supaya berkat kehidupan itu mengalir, kita rela dibentuk menjadi apapun yg Tuhan mau. Terus menaruh kepercayaan kita pada Nya dan tetap setia sampai garis akhir, baik untuk hal-hal yang sudah kita mengerti maupun yang belum dimengerti. Sebab rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita, dan jalan kita bukanlah jalan-Nya. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan Tuhan dari jalan kita dan rancangan Tuhan dari rancangan kita.

3) Seperti minyak, untuk menjadi minyak sebenarnya makhuk hidup itu hrs mati terlebih dahulu. Hidup yang bukan lagi terfokus pada diri kita sendiri, namun hidup yang memberikan dampak, kemanisan, dan menjadi berkat bagi sesama. Kita adalah milik Tuhan dan juga keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah. Dan janji Allah itu adalah: ”Olehmu segala bangsa akan diberkati.” Panggilan kita sebagai anak-anakNya adalah menjadi berkat bagi keluarga kita, bagi lingkungan sosial kita, bagi kota kita, dan bangsa kita tercinta: Indonesia.

Apakah kita siap menerima berkat dan kehidupan yang telah Dia sediakan?

Watak Manusia

Ketika Tuhan sedang menyembuhkan banyak orang, orang datang berbondong-bondong. Tetapi ketika Dia naik ke atas bukit, datanglah murid-muridNya. Lalu kemana orang banyak yang berbondong-bondong itu?
Mungkin mereka berpikir bahwa Tuhan akan berdoa dan mereka menunggu saja. Atau mungkin mereka berpikir: lebih enak disini saja, buat apa repot-repot harus sampai naik ke atas bukit. Itulah memang watak manusia, cenderung lebih memilih untuk mendapatkan sesuatu yang mudah dicapai, sesuatu yang sesuai dengan selera dan pikirannya. Tapi, ketika Tuhan “naik ke atas ke tempat yang lebih sukar”, orang mulai berhenti mengikuti Dia.

Sikap yang demikian menyebabkan mereka kehilangan lebih dari pada hanya mujizat kesembuhan, karena setelah semuanya itu Tuhan mulai mengajar murid-murid Nya tentang kebenaran yang kekal.
Saat orang banyak berbondong-bondong memilih berhenti dan puas di level yang rendah, maukah kita mengikutiNya terus ke Next Level?

Segenap Hati

Belajar dari Kaleb bin Yefune.
Dialah yang akan melihat negeri itu dan kepadanya dan kepada anak-anaknya akan Kuberikan negeri yang diinjaknya itu, karena dengan sepenuh hati ia mengikuti Tuhan.

Jadi rupanya mengikuti Tuhan dengan SEPENUH HATI itu merupakan hal yang utama bagi Tuhan, sehingga hal itu perlu berkali-kali disampaikan oleh Tuhan, yang artinya hal itu sungguh merupakan hal yang sangat serius.

Mengikuti Tuhan dengan SEPENUH HATI itu merupakan hal yang utama bagi-Nya; bukan pelayanan kita, bukan pengorbanan kita, bukan waktu kita, dan bukan apapun yang lainnya.
Bagi Tuhan, yang paling utama ialah “mengikuti Dia dengan SEPENUH HATI.”